Selasa, 03 Oktober 2017

Tips Membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)

Laporan PertanggungJawaban Organisasi

Assalamu'alaikum Wr.WB

hay guys :D untuk temen-temen yang Hobi berorganisasi, tidak akan asing lagi lah dengan apa yang disebut dengan laporan pertanggungjawaban, atau LPJ yang biasanya dibuat pasca program kerja suatau kegiatan organisasi telah dilangsungkan, untuk lebih mempermudah temen temen ada banyak part-part kerangka yang harus dipenuhi dalam satu portofolio laporan pertanggungjawaban ini, Langsung saja kita simak dibawah ini:


Laporan Pertanggungjawaban yang umum biasanya berisikan:


  1. Bagian Cover 
  2. Lembaran Pengesahan
  3. Kerangka LPJ
  4. Susunan Panitia
  5. Susunan Acara (Rundown)
  6. Laporan Keuangan
  7. Dokumentasi Acara
  8. Bukti-Bukti Pembayaran

Gambar 1 ( Bagian Cover dan Bagian Lembar Pengesahan )


  • Bagian pada gambar menunjukkan yang disebut dengan sampul LPJ atau Cover dan Lembar Pengesahan, yang biasanya di tandatangai oleh: 1). Wakil Dekan Bid. Kemahasiswaan, 2). Ketua Umum Organisasi Bersangkutan. dan 3). Ketua Pelaksana dan biasanya juga dibubuhi bukti legalisir atau stempel pihak terkait.



Gambar 2 ( Bagian Kerangka dan Bagian Susunan Panitia)



  • Gambar selanjutnya seperti yang terlihat diatas adalah bagian Kerangka LPJ dan Susunan Panitia




  • Bagaian yang ketiga, merupakan bagaian Susunan Acara ( Rundown ) yang dilampirkan dalam halaman selanjutnya dalam LPJ, setelah itu gambar disampingnya merupakan Laporan Keuangan dari awal acara hingga akhir acara berlangsung, dan telah di kalkulasikan


Demikian sedikit Tips dan Trik tentang opsi cara membuat Laporan Pertanggungjawaban, semoga mampu meberikan kemudahan bagi temen-temen yang  mungkin ingin jadi ketua pelaksana waiib tau apa yang dimaksud dengan LPJ dan tahap-tahap dan konten-konten yang harus ada di dalam portofolionya, Terimakasih:)

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Mengoptimalkan Peran Pemuda Karang Taruna Melalui Kampanye Anti Buta Pemilu , Untuk Mewujudkan Pemilu Indonesia Yang Bermartabat

Oleh : Rio Hanafi

Dinamika Buta Pemilu di Indonesia

Buta Pemilu adalah istilah yang saya pakai sebagai sebuah cerminan, terkait berlangsungnya Pemilu di Indonesia yang pada dasarnya adalah pesta demokrasi, nyatanya masih belum banyak masyarakat yang paham akan seluk beluk atau kredibilitas partai-partai dan bakal calon pemimpin Indonesia yang berpartisipasi dalam sebuah ajang Pemilu, terkhusus di pelosok desa yang mayoritas masih berprofesi sebagai buruh tani, laporan survei CSIS Indonesia ( Centre for strategic and International Studies), dibeberapa kurun waktu terakhir terjadi naik-turun tingkat partisipasi Pemilu masayarakat Indonesia, dan juga kualitas Pemilu di Indonesia juga masih sangat rawan akan diwarnai dengan Money Politic atau Politik Uang, terutama terjadi di desa-desa yang tingkat pendidikan dan mata pencahariannya masih rendah. (Laporan Survei CSIS Indonesia, 2017) Mereka hanya sekedar menjadi alat suara, bagi para peserta Pemilu tanpa mengetahui siapa saja tokoh yang terlibat di dalamnya, disinilah muncul istilah Buta Pemilu yang diperparah dengan terbatasnya akses informasi yang ada, Pemilu seolah hanya menjadi ajang mencari kekuasaan semata tanpa memperdulikan kualitas Pemilu yang terselenggara.

Kubu Golput dan Kubu Buta Pemilu

Pada akhirnya akan ada dua kubu yang berbeda tumbuh di beberapa pelosok desa, yaitu kubu Golput dan kubu Buta Pemilu, menurut Arbi Sanit salah seorang pakar politik Indonesia, mengungkapkan bawasannya Golput adalah gerakan protes politik yang didasarkan pada segenap problem kebangsaan. (Sanit, 2007) Artinya disini adalah Golput berbeda dengan Buta Pemilu Golput adalah sebuah dampak dari proses Pemilu yang terkadang hasilnya tidaksesuai dengan apa yang diharapkan, tokoh yang terpilih tidak mampu merealisasikan janji-janji kampanyenya, sehingga hal ini berdampak signifikan akan turunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sebuah penyelenggaraan Pemilu, kebanyakan para kubu Golput adalah mereka yang melek politik dan memutuskan untuk tidak memilih bakal calon  dengan berbagai pertimbangan mereka sendiri, sedangkan apa yang saya maksud disini sebagai Buta Pemilu adalah meraka warga masyarakat yang hanya memilih dalam Pemilu, (1) Tanpa sumber informasi yang jelas, (2) Terkesan hanya ikut-ikutan, (3) Mudah dimobilisasi suaranya oleh golongan-golongan tertentu, (4) Mudah dibujuk oleh Money Politic atau Politik Uang.
Akan tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua masayarakat desa mengidap Buta Pemilu, masih ada golongan - golongan yang mengamati begitu seksama mengenai Pemilu di Indonesia terutama Aaktivis-aktivis muda desa, yang biasanya membentuk suatu wadah Karang taruna desa, Karang Taruna dalah organisasi sosial yang bergerak di bidang kesejahteraan dan sosial masayarakat desa, pengoptimalan peran Karang Taruna inilah yang menjadi bahasan topik kali ini, dimana peran mereka seharusnya tidak lagi diremehkan karena dengan mengoptimalkan peran pemuda-pemuda ini yang notabene kaya akan informasi dunia luar, sangat amat dibutuhkan oleh warga masyarakat desa khususnya para pekerja , dan buruh tani, yang terkadang sibuk bekerja dan enggan menyimak kondisi perpolitikan di Indonesia, melalui gerakan yang saya sebut sebagai gerakan “Kampanye Anti Buta Pemilu” disinilah akan dioptimalisasikan peran Pemuda Karang Taruna sebagai pemotor atau penggerak informasi-informasi penting di desa.

Alternatif Usaha Dalam Kampanye Buta Pemilu

Pemuda Karang Taruna dapat melakukan berbagai alternatif usaha, untuk menyebarluaskan informasi Pemilu di desa:
  1. Melalui seminar bedah kandidat dan partai di tempat strategis ( balai desa ).
  2. Melalui penerbitan poster atau surat kabar yang berisi para kandidat tokoh dan biography lengkap para tokoh peserta Pemilu
  3. Menggencarkan safari dari rumah ke rumah

Tentunya aternatif-alternatif diatas tidak akan mampu berjalan secara baik tanpa adanya turut serta pemerintah melalui kebijakan pemilu yang diambil, menurut Affan Gaffar dalam bukunya Poitik Indonesia Pemilu hendaknya bersifat Praktis, artinya tidak rumit dan dan gampang dimengerti, oleh kalangan masyarakat kalangan banyak. Menelaah apa yang diungkapkan oleh Affan Gaffar bawasannya peran serta pemerintah dalam membuat kepraktisan dalam Pemilu sangat amat dibutuhkan, pemerintah pusat dapat juga menjadikan Pemuda Karang Taruna menjadi tulang punggung untuk sosialisasi dan kampanye di desa-desa yang tujuan utamanya adalah untuk mengatasi Buta Pemilu di Indonesia yang kerap melanda banyak desa di indonesia.
Sebagai warga negara Indonesia yang peduli, selayaknya kita mendukung kampanye Anti Buta Pemilu ini karena pada dasarnya tujuan implisit dari kampanye Anti Buta Pemilu ini juga termasuk sebagai upaya untuk mengembalikan kembali perihal tingkat kepercayaan masyarakat, terhadap pemimpin Indonesia nantinya, dan juga untuk menghindari sikap Apatime. Dalam sebuah survei pda tahun 2013, melibatkan 2.290 responden, margin of error ditetapkan sebesar 2,1 persen, dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen, dan hasilnya 58 persen responden menyatakan tidak percaya akan segala hal yang berhubungan dengan Politik. (Merdeka.com, 2012) Termasuk didalamnya adalah mengenai Pemilu, jika saja tingkat kepercayaan, sikap apatis, materialistis, hingga buta pemilu, mampu di tanggulangi secara bertahap, akan mampu memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap Demokrasi di Indonesia. Tidak akan ada lagi golongan-golongan partai yang seharusnya belum layak untuk merekomendasikan kader-kadernya sebagai calon Presiden dan calon legislatif ikut serta dalam Pemilu, karena para pemilih tetap, nantinya akan sangat objektif dalam memilih calon-calon yang benar-benar mempunyai kredibilitas yang baik.  Dan jika upaya-upaya yang dilakukan telah terhimpun dengan baik dan mempunyai sifat yang berkelanjutan, bukan tidak mungkin Pemilu di Indonesia, entah Pemilu Presiden, Legislatif, Pemilukada, atau bahkan Pilkades pun, akan berjalan secara ketat dan bermartabat. (Gaffar, 1999)


Rabu, 20 September 2017

Membingkai Arah Perjuangan, Melawan Belenggu Penyelewengan

Membingkai Arah Perjuangan, Melawan Belenggu Penyelewengan
Oleh : Rio Hanafi


        Miris melihat kondisi indonesia tercinta dalam beberapa kurun waktu terakhir, menjadi negara berkembang selama bertahun-tahun tak menjadikan bangsa ini lebih mandiri, akan tetapi sebaliknya, letih membicarakan korupsi yang menyeruak hampir menjadi pemandangan yang biasa di negeri ini, apakah sudut pandang orang indonesia telah berubah, materi adalah segalanya dan nasionalisme serta citra bangsa di abaikan, yang berkepentingan seolah mengalihkan isu kearah normalisasi yang berbau kepentingan politis, dan malah sibuk mencari simpati, hingga pada akhirnya muncul istilah menjual negeri melalui investasi. Menarik memang, dalam dasawarsa terakhir pembangunan infrastruktur terus bergulir melalui ladang-ladang investasi asing, banyak dari kita terkadang lalai tentang bagaimana memahami arti pembangunan yang sesungguhnya, tidak hanya sebatas menggali tanah menancapkan pondasi, nyatanya inilah yang terjadi, potret suram negeri ini.

    Pada usianya yang telah mencapai tujuh puluh satu tahun, terhitung sejak proklamasi di kumandangkan 17 Agustus 1945, korupsi masih nyaman dan berkembang biak bahkan beranak pinak di indonesia, mengutip dari beberapa sumber, banyak media mempertanyakan mengenai prediksi – prediksi, tepatnya tentang mimpi indonesia untuk menjadi negara yang bebas korupsi dan menjadi negara yang lebih tersohor di ulang tahunnya yang ke seratus, tepatnya pada tahun 2045 yang digadang akan menjadi puncak kemashuran eknomi, politik, dan sosial di indonesia, pertanyaannya apakah kita semua siap dengan polemik yang semakin lebar, dan terkesan terus muncul dan mencuat kepermukaan, yang menimpa bangsa kita ini,

      Korupsi atau penyelewengan adalah salah satu virus yang harus dibasmi secara permanen, agar tidak menambah daftar panjang kasus-kasus yang ada. Pada tahun 2016  lalu, ICP atau Cooruption Perceptions Index memposting daftar negara terkorup di dunia, denmark menjadi negara terbersih dalam survei ini, sedangkan indonesia berada pada posisi ke 88, bukan yang terburuk memang, akan tetapi untuk mencapai mimpi menjadi negara yang bebas korupsi ini masih sangat jauh, rentetan korupsi masih menghantui para birokrat pemerintahan, tarik ulur kebelakang, kasus- kasus besar seperti Gayus Tambunan, century, hambalang, dan yang terbaru adalah terkuaknya dugaan korupsi E-KTP , yang merugikan negara hingga trilyunan rupiah. Selama korupsi belum dibasmi secara permanen, negara tercinta ini sampai kapanpun tidak akan pernah merasakan apa yang dinamakan kemajuan, karena korupsi di ibaratkan sebagai benalu yang pasif dan merugikan inangnya, mengambil sesuatu atas dasar keinginan pribadinya, tidak memikirkan dampak yang ditimbulkan. Mengutip pesan soekarno, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”  bayangkan seberapa beratnya perjuangan kita bangsa indonesia untuk menjadi bangsa yang terbebas dari korupsi, seorang Soekarno dengan visi kedepannya telah mampu melihat, bahwa perjuangan yang sesungguhnya adalah pasca proklamasi, kemerdekaan adalah jembatan untuk meniti seberang, dimana di seberang itu adalah tantangan yang besar, biarpun melawan bangsa sendiri, akan tetapi supremasi hukum tetap dijunjung tinggi.

        Tahun 2002 bala bantuan seolah datang disaat yang telah kritis, Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK dibentuk dan merupakan lembaga independen yang berhak mengurusi, dan mengungkap korupsi di indonesia, berjalan berangsur-angsur telah mengungkap banyak kasus-kasus besar kinerja KPK perlu di berikan apresiasi, akan tetapi yang perlu kita tahu bahwa perjalanan KPK tidak semulus yang dikira, banyak cacian dan intimidasi dari para elit politik, belakangan tersebar di media tentang tindakan teror yang ditujukan untuk para penyidik dan ketua KPK, seolah ingin memperlemah KPK sebagai lembaga yang independen.Rentetan kisah panjang belenggu korupsi yang mendera tanah air tercinta, Indonesia, seolah memberi sinyal bagi kita, yang katanya mengerti Bhineka Tunggal Ika, mengapa tidak mampu memperkuat kolektivitas yang semakin erat senasib sepenanggungan untuk berbaur dalam nasionalisme, meruntuhkan dinasti koruptor yang menjamur menginveksi putra dan putri terbaik bangsa yang duduk di kursi-kursi penting organ vital negara, seolah membuka mata kita sebagai bangsa yang besar, yang kaya akan alamnya, bonus demografinya, luas lautannya, dan kemajemukan kultur budaya yang ada, dimanakah jati diri bangsa ini, akankah hilang ditelan badai, badai yang membawa budaya materialis para pengais uang rakyat.

      Inilah saatnya men-setting ulang mindset untuk membumikan perjuangan, tidak ada kata terlambat dalam berjuang, menumbuhkan nilai, untuk saling beriringan membangun jati diri bangsa, bukan lewat media atau propaganda, tapi lewat mental sebagai pondasi atau pijakan awal untuk melangkah kedepan, mental kita harus dibangun, Fikri Cahyadi dalam bukunya Revolusi Mental Demi Mewujudkan Indonesia Emas 2045 (2015), menyatakan bahwa untuk mewujudkan bangsa yang hebat dan terbebas dari jeratan krisis moral, bangsa ini harus mengaplikasikan Tujuh nilai dasar Karakter Emosional, yaitu: jujur, visioner, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, adil, dan peduli, melalui nilai-nilai inilah agaknya ada harapan untuk memperbaiki pondasi mental dan jati diri yang hilang.

  Menyelinap kebagian dalam bumi pertiwi, ke daerah-daerah yang berlabelkan otonomi daerah, banyak sekali kita temukan krisis moral yang merenggut kewibawaan, tidak lagi berkutat pada pemerintahan pusat dan para birokratnya yang terjangkit korupsi, tantangan kian terjal tatkala wabah yang satu ini, telah mengeroposi pondasi mental pemerintahan yang ada di daerah, tidak sedikit kasus-kasus penyelewengan yang menyeruak, semisal kasus yang menyeret Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam, Wali Kota Madiun Bambang Irianto, dan kasus-kasus yang lain yang seolah tak hentinya berjalan berdampingan dengan berjalannya waktu. Lengkap sudah krisis moral yang menambah pelik permasalahan, satu belum usai yang lain malah menggurita dan terus mewabah.

Dilatarbelakangi oleh itulah, Indonesia perlu gerakan dan gebrakan yang masif, kalo boleh angkat bicara, program revolusi mental yang gencar dijalankan dan di implementasikan kedalam kurikulum karakter, seharusnya dibarengi dengan program yang menyeluruh hingga sampai ke masyarakat luas, tidak hanya berkutat pada para pelajar, sehingga para orangtua yang ada dirumah juga paham pentingnya moral dan mental yang luhur,  karena unsur terkecil dalam tatanan organisasi masyarakat indonesia adalah keluarga, dan disinilah pengajaran pola berpikir pada anak akan lebih efektif dan diharapkan mampu mencetak generasi, yang banyak kalangan menyebutnya dengan istilah generasi emas indonesia, karena ada kalanya harus meyatu padukan suatu program dan membingkainya menjadi satu alat yang diharapkan mampu menyatukan tekad seluruh masyarakat Indonesia kedalam perbaikan mental dan karakter, guna Indonesia yang bebas dari krisis moral terutama krisis moral yang berbau korupsi, kolusi, dan nepotisme.

MENU TIPS & TRIK

1.Cara Membuat Timeline Kepanitiaan
2.Tips Membuat Laporanpertanggungjawaban (LPJ)

MENU ARTIKEL & OPINI

1.Membingkai Arah Perjuangan, Melawan Belenggu Penyelewengan
2.Essay Tentang Pemilu

MENU SASTRA

1. Sajak Jingga Untuk Ibu

Sastra

SAJAK JINGGA UNTUK IBU

Oleh : Rio Hanafi



Ibu, nyawa dan eluh engkau pertaruhkan
Berjuang seorang diri, ketika aku dalam kandungan
Menahan sakit maha hebat, kala aku dilahirkan
Demi darah daging yang engkau sebut putra

Ibu, seperempat windu aku menyusu dalam dekapmu
Engkau timang aku tanpa ragu
Seakan memberi isyarat pada ananda
Kasih tulus sepanjang masa

Ibu, lautan yang luas dan ombak adalah tantangan bagimu
Membesarkanku, mengasuhku, dan mendidikku
Rela dahaga dikala fajar hingga senja
Mengadu nasib untuk kelangsungan hidup ananda
Ibu, kulit pudar menuamu seolah ingin berkata

Berkata apakah putraku telah bahagia
Dalam hati, ananda ingin pula membalas kata
Bahwa engkau adalah ibu terbaik selamanya

Tips Membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)

Laporan PertanggungJawaban Organisasi Assalamu'alaikum Wr.WB hay guys :D untuk temen-temen yang Hobi berorganisasi, tidak akan asing...